Menengok Rekasadana Banjar Kiadan di Pentas Kesenian Bali

Sekaa Gong Ejo Bang dari Banjar Kiadan, Desa Adat Kiadan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang tampil sebagai duta seni tradisi Kabupaten Badung.

Gambar Artikel

Di tengah kemeriahan Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025 yang dipusatkan di Kalangan Angsoka, Art Center Denpasar, salah satu penampilan yang menyita perhatian publik hadir dari utara Kabupaten Badung, sebuah pertunjukan yang bukan sekadar tontonan, melainkan warisan spiritual dan budaya yang mengakar kuat di masyarakatnya. Sekaa Gong Ejo Bang dari Banjar Kiadan, Desa Adat Kiadan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, yang tampil sebagai duta seni tradisi Kabupaten Badung, mempersembahkan sebuah garapan bertajuk “Napak Pertiwi” pada Kamis, 3 Juli 2025.

"Napak Pertiwi" bukan sekadar nama garapan. Pentas ini adalah ritus sakral yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Adat Kiadan. Dalam budaya lokal, tradisi ini bermakna penyatuan diri dengan tanah leluhur, semacam laku spiritual kolektif untuk memuliakan alam dan leluhur sebagai bagian dari harmoni semesta. Salah satu inti dari Napak Pertiwi yang dihadirkan di atas panggung adalah tarian sakral pemungkas berupa "Ida Bathara Ratu Sesuhunan", perwujudan spiritual dari Desa Adat Kiadan yang hadir dalam rupa barong dan rangda. Dalam kosmologi Bali, barong dan rangda bukan sekadar tokoh mitologis. Mereka adalah simbol keseimbangan antara dharma (kebaikan) dan adharma (kekacauan), sebuah ajaran tentang dualitas hidup yang harus dijaga agar tidak timpang. Ketika barong dan rangda menari, sesungguhnya bukan hanya gerakan tubuh yang berbicara, melainkan jiwa-jiwa leluhur yang menyatu dengan irama gamelan, tanah, dan napas para penari.

Sebagai wakil duta seni tradisi Kabupaten Badung, penampilan ini tidak hanya menjadi ajang tampil, tetapi juga sarana memperkenalkan tradisi sakral desa adat ke panggung publik yang lebih luas. Ini adalah upaya pelestarian sekaligus regenerasi seni budaya yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Penampilan Sekaa Gong Ejo Bang dalam Pesta Kesenian Bali 2025 bukan hanya menampilkan kekayaan estetika, tetapi juga membawa roh sakral dari Desa Adat Kiadan ke tengah panggung kebudayaan Bali modern. Garapan "Napak Pertiwi" mengingatkan kita bahwa di balik tarian dan bunyi gamelan, ada jiwa kolektif yang berusaha menjaga keseimbangan alam, manusia, dan leluhur.